Remote-Shift – Film Noir, Industri perfilman Indonesia mengalami perkembangan yang baik. Telah banyak film-film karya anak bangsa yang sampai ke kancah internasional. Sudah banyak genre film yang diproduksi sutradara-sutradara andal Indonesia. Produksi film di Indonesia seperti tidak ada matinya. Ini karena nonton film sudah menjadi seperti bagian dari budaya masyarakat di Indonesia. Ada banyak genre yang disukai masyarakat Indonesia mulai dari horor, romansa, aksi petualangan, fiksi ilmiah, hingga noir.
Indonesia sama sekali tidak kekurangan bakat perihal akting karena ada begitu banyak aktor dengan kemampuan akting mumpuni yang mampu menghidupkan film.namun untuk film noir memang bukan genre sembarangan, tidak banyak aktor yang bisa ‘’melahap’’ perannya dalam sebuah film bergenre noir. Ini karena film noir sendiri memiliki ciri khas yang begitu kental dan tidak bisa dihilangkan. Mulai dari teknik sinematografi, narasi yang kompleks, dan setting tempat yang khas.
Tapi ternyata sudah ada beberapa film noir karya sutradara-sutradara terbaik Indonesia. Tentunya kita patut merasa bangga karena ini membuktikan bahwa anak-anak Indonesia memiliki kreativitas yang tanpa batas. Industri film Indonesia mungkin masih memiliki banyak keterbatasan terutama dalam hal pengembangan teknologi industri film. Namun bukan berarti Indonesia tidak bisa memproduksi film berkualitas.
Rekomendasi Film Noir Karya Sutradara Terbaik Indonesia
Film noir memang kebanyakan diproduksi oleh industri film Hollywood dan Eropa. Namun berbagai negara di Asia juga sudah banyak yang mengadopsi genre ini dan memproduksi film-film noir berkualitas. Begitupun dengan Indonesia yang juga sudah memproduksi beberapa film noir karya sutradara-sutradara terbaik anak bangsa, diantaranya:
Jakarta Undercover
Film ini bisa dibilang film noir Indonesia paling berkesan di industri perfilman kita. Sehingga film ini sendiri diangkat dari novel best seller karya Moammar Emka dan sebenarnya pernah diangkat ke dalam film di tahun 2007. kemudian pada tahun 2017 diangkat kembali ke layar lebar dengan versi yang lebih memukau. Film ini bercerita tentang Pras yang diperankan Oka Antara dimana karakter ini merupakan seorang jurnalis. Ia berkeinginan untuk membuat karirnya lebih bermakna. Dia bermimpi untuk menjadi jurnalis handal yang bisa berguna tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi untuk banyak orang.
Hadirlah sosok Awink yang diperankan Ganindra Bimo dan Laura yang diperankan Tiara Eve dimana melalui mereka lah Pras mulai menyelami dunia bawah tanah Jakarta. Disinilah Pras mulai mengenal adanya sosok yang disebut The King of Party di Jakarta yang bernama Yoga yang diperankan Baim wong. Konflik terjadi setelah Pras mengenal sosok-sosok tersebut dihidupnya sehingga menimbulkan berbagai kisah pengkhianatan. Fokus film ini adalah pada cita-cita dan persahabatan yang dibalut dengan narasi memukau merefleksikan realita kehidupan bawah tanah di Jakarta. Atmosfir yang suram dan visual yang kelam membuat film noir Indonesia satu ini mendaoat berbagai kritik positif para kritikus film.
Jakarta Vs Everybody
Film noir Indonesia lainnya yang menggunakan latar Jakarta sebagai fokus utama. Ini wajar adanya karena noir biasanya fokus pada kehidupan di tempat perkotaan padat penduduk dan penggunaan Jakarta sebagai latar sangat mendukung isi cerita. Film ini di sutradarai oleh Robby Ertanto Soediskam dan menceritakan kisah seorang bernama Dom yang diperankan Jefri Nichol. Ia adalah seorang pemuda berumur 23 tahun yang datang ke kota Metropolitan Jakarta untuk meraih mimpinya menjadi seorang aktor terkenal.
Namun hal itu tidak mudah Dom wujudkan karena ada begitu banyak rintangan yang harus ia lalui. Ia memutuskan untuk menghentikan mimpinya menjadi aktor sejenak. Dalam perjalanannya, Dom bertemu dengan sosok Pinkan yang diperankan Wulan Guritno dan Radit yang diperankan Ganinda Bimo. Keduanya merupakan pengedar narkoba yang membuka mata Dom akan realitas kehidupan di Jakarta yang sebenarnya.
Dom pada akhirnya bergabung untuk menjadi pengedar narkoba. Ia berhasil melakukan pekerjaannya berkat bakat aktingnya yang memuluskan jalannya menghindar dari kecurigaan aparat. Suatu hari Dom berkenalan dengan sosok Khansa yang diperankan Dea Panendra dimana ia merupakan seorang perias mayat yang mencoba menarik Dom kembali dari dunia gelap Jakarta. Ia berusaha mengingatkan Dom akan cita-citanya untuk menjadi aktor. Film noir ini menonjolkan sisi gelap Jakarta dimana berbagai aktivitas ilegal terjadi dialik gemerlap kota Metropolitan. Dibalut dengan narasi menarik dan plot yang intens membuat film ini sangat layak untuk jadi teman akhir pekan Anda.
Novel Tanpa Huruf R
Dari judulnya saja film ini sudah banyak menarik perhatian. Disutradarai oleh Aria Kusumadewa, film ini menceritakan kisah dimana batas khayalan dan kenyataan terasa tidak jelas dan menambah atmosfir ambigu didalam cerita. Disini dikisahkan karakter Drum yang diperankan oleh Agastya Kandou dimana ia mengalami kekerasan sejak kecil. Suatu ketika Ibu Drum hilang di laut ketika melarikan diri dari desanya. Drum dan ibunya terus-menerus dikejar tanpa alasan yang jelas.
Kemudian ayah Drum juga meninggal ditabrak mobil didepan matanya sendiri. Selanjutnya kekasih Drum yang merupakan gadis Tionghoa meninggal akibat kerusuhan yang terjadi tanpa sebab yang jelas. Ini adalah flashback dari Drum yang ketika dewasa dia menjadi seorang wartawan kriminal dan penulis novel. Ternyata novel yang Drum tulis berhasil laris di pasaran sampai menarik perhatian Air Sunyi seorang mahasiswi yang ingin lebih tahu tentang karyanya sebagai bahan tulisan skripsinya. Sosok ini diperankan oleh Lola Amaria.
Tak disangka ternyata interaksi Drum dan Air terjadi dengan brutal. Jika dari ploy yang disajikan maka film ini mungkin akan mengingatkan Anda pada film dengan atmosfir new wave cinema ala Hongkong dimana unsur surealis dan artistik sangat ditonjolkan. Film noir ini juga menyisipkan berbagai realita gelap kehidupan sosok karakter-karakter didalamnya dengan moralitas ambigu mereka.
Kala
Film ini dirilis tahun 2007 dan merupakan karya sutradara terkenal Joko Anwar. Joko Anwar memang cukup ambisius untuk bisa menelurkan karya berupa film noir ala Indonesia. Kala ini sendiri menggunakan latar tempat imajinatif yang tidak disebutkan dengan jelas informasinya. Namun jika diperhatikan masih mirip dengan tempat yang khas dengan Indonesia. Film noir ini berpusat pada sosok Eros yang diperankan Ario Bayu dimana dia merupakan polisi yang apatis terhadap masyarakat yang semakin sakit. Ada juga sosok Janus yng diperankan oleh Fachri Albar, seorang wartawan pengidap narkolepsi.
Karena penyakitnya, Janus selalu tertidur di saat yang tidak tepat sehingga mengancam karir dan nasib perkawinannya. Selanjutnya diceritakan bagaimana kedua karakter utama tersebut dipertemukan di satu tempat dimana ada sebuah rekaman yang direkam secara diam-diam dari seorang narasumber. Rekaman tersebut menarik keduanya ke pusaran konflik yang bisa menguak rahasia besar masa lalu negara tersebut. Rekaman tersebut banyak di incar orang berkepentingan khususnya mereka yang ingin menutupi kebenaran. Film noir ini mengungkap banyak sisi gelap kehidupan manusia didasarkan keserakahan.
Baca Juga : 13 Film Pendek Terpopuler yang Tayang di Netflix