Remote-Shift – Horror film adalah salah satu genre film yang paling populer di berbagai belahan dunia. Meskipun banyak orang rela membeli tiket untuk film terbaru, dalam kehidupan sehari – hari kita sering kali berusaha menghindari apa pun yang membuat kita takut. Jadi, mengapa justru ada banyak orang yang membayar untuk menonton film yang menimbulkan rasa takut dan teror?

Di sini, akan coba dibahas beberapa teori di balik alasan orang menyukai film horor. Kemudian akan coba dibahas juga mengenai siapa yang lebih cenderung menyukai film yang dirancang untuk menimbulkan rasa takut. Beserta cara – cara di mana film jenis ini yang sebenarnya dapat bersifat terapeutik.

Alasan Orang Suka Menonton Horror Film

Tidak ada satu pun penjelasan yang diberikan oleh para ahli yang menjelaskan setiap alasan orang senang menonton film horor. Berikut ini adalah beberapa penjelasan paling masuk akal yang coba diungkapkan setelah melewati penelitian dan bisa menjelaskan fenomena ini.

  • Berdasarkan pengalaman sendiri

Ada yang berpendapat bahwa kecenderungan untuk menyukai horor dapat ditelusuri kembali ke dalam bahaya konstan yang dialami nenek moyang kita. Saat dilingkungan tempat mereka tinggal pada jaman dahulu kala. Kewaspadaan konstan diperlukan untuk menghindari dari segala marabahaya, termasuk mangsa hewan yang lebih besar atau lebih mematikan.

Pengalaman masa lampau ini telah memberi orang sistem deteksi ancaman yang sangat responsif, meskipun sebagian besar tidak disadari. Karena film horor sangat bagus dalam mensimulasikan situasi yang mengancam, ini berarti respons emosional kita terhadapnya mirip dengan yang akan kita alami jika kita menghadapi ancaman di kehidupan nyata.

Karena kita tidak menghadapi ancaman di kehidupan nyata sesering manusia purba atau manusia pada jaman dahulu. Menonton film horor dapat menjadi pengalaman baru yang memungkinkan kita menggunakan sistem deteksi ancaman bawaan kita. Hal ini tidak hanya membuat film horor lebih menarik perhatian penonton, tetapi juga memungkinkan mereka mengalami hal – hal seperti pasca-kiamat, invasi alien, dan ancaman penyerang di lingkungan yang aman.

Singkatnya, film horor adalah cara yang bebas risiko untuk mengalami ancaman secara tidak langsung dan melatih respons seseorang terhadap ancaman tersebut. Ditambah lagi, setelah orang – orang berhasil menonton film horor tanpa adanya cedera. Mereka mungkin merasakan rasa pencapaian dan penguasaan atas ancaman yang mereka alami. Sehingga kemudian membuat mereka merasa lebih percaya diri dalam kemampuan mereka untuk menangani situasi – situasi yang memicu kecemasan lainnya.

  • Teori Transfer Eksitasi

Salah satu teori psikologi paling awal yang menjelaskan kenikmatan orang terhadap film horor adalah teori transfer eksitasi Dolf Zillmann, yang dikembangkan pada tahun 1970-an. Teori ini menyatakan bahwa kenikmatan kita diciptakan oleh afek negatif yang diciptakan oleh film tersebut diikuti oleh afek atau respons positif ketika ancaman tersebut teratasi, yang mengarah ke euforia yang memuncak.

Studi yang lebih baru menunjukkan bahwa teori transfer eksitasi masih berlaku. Salah satunya diterbitkan pada tahun 2017 dan membahas tentang kematian permanen (gagasan bahwa setelah karakter meninggal dalam gim video, gim tersebut akan dimulai lagi dari awal) dalam gim survival – horror DayZ. Disimpulkan bahwa kematian permanen menarik bagi pemain karena transfer eksitasi.

  • Menjelajahi Sisi Gelap Kemanusiaan

Studi lain berteori bahwa kenikmatan kita terhadap film horor berasal dari rasa ingin tahu yang tidak wajar tentang subjek seperti kematian dan teror, yang juga disebut sebagai sisi gelap kemanusiaan. Satu penelitian menemukan bahwa orang dengan tingkat keingintahuan yang lebih tinggi cenderung menonton film horror. Cenderung tidak takut setelah menontonnya, dan umumnya menonton film-film tersebut sendirian.

Menurut teori ini, film horor memungkinkan kita untuk secara tidak langsung menjelajahi sifat kejahatan, baik pada orang lain maupun pada diri kita sendiri. Film horor juga memungkinkan kita untuk bergulat dengan bagian – bagian tergelap dari manusia dalam lingkungan yang aman.

Siapa yang Suka Film Horor?

Tidak semua orang menyukai film horor. Bahkan, banyak yang sebisa mungkin menjauhi genre tersebut. Psikologi telah memberikan beberapa wawasan tentang perbedaan individu yang membuat seseorang cenderung lebih menyukai film horor.

  • Orang yang Mencari Sensasi

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sifat pencari sensasi cenderung menyukai film horor. Pencarian sensasi adalah kecenderungan untuk mencari pengalaman yang baru, berisiko, atau intens. Orang yang memiliki sifat ini cenderung mengalami emosi positif ketika mereka memiliki pengalaman yang sangat merangsang, bahkan jika pengalaman tersebut negatif. Para pencari sensasi tinggi terprogram untuk menikmati pengalaman film horor yang menstimulasi dengan cara yang tidak dialami oleh orang-orang dengan tingkat empati rendah.

  • Orang dengan Tingkat Empati Rendah

Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan tingkat empati rendah cenderung menikmati film horor karena mereka tidak terlalu terpengaruh oleh penderitaan yang digambarkan di layar. Namun, tidak semua orang setuju dengan hal ini. Beberapa peneliti berpendapat bahwa empati kita terhadap orang sungguhan tidak selalu sama dengan empati yang kita rasakan terhadap karakter fiksi. Masalahnya adalah hal ini sulit ditentukan dalam penelitian, sehingga sulit untuk mengetahui apakah dan kapan empati sejati terjadi.

  • Orang yang Berjenis Kelamin Laki-laki

Lebih dari perbedaan individu lainnya, jenis kelamin paling dapat memprediksi kenikmatan menonton film horor, dengan laki – laki yang cenderung lebih menikmati film yang menakutkan dan penuh kekerasan daripada perempuan. Perbedaan ini setidaknya dapat dijelaskan sebagian oleh fakta bahwa perempuan cenderung mengalami ketakutan dan kecemasan yang lebih besar daripada laki-laki. Selain itu, perempuan cenderung lebih sensitif terhadap rasa jijik daripada laki-laki. Hal ini dapat menyebabkan mereka tidak menyukai film horor yang menggambarkan darah dan kengerian.

  • Film Horor sebagai Terapi

Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa film horor dapat digunakan dalam konteks klinis untuk membantu orang yang mengalami kecemasan atau trauma. Misalnya, satu penelitian menemukan bahwa orang yang menonton film horor tidak terlalu tertekan secara psikologis oleh pandemi COVID-19. Serta mereka yang merupakan penggemar subgenre horor apokaliptik merasa lebih siap menghadapi gelombang pandemi berikutnya. Jika demikian halnya, menonton film horor terbaik dan media lainnya dapat digunakan oleh para profesional kesehatan mental untuk membantu orang – orang yang mengalami kecemasan mengembangkan strategi emosional dan perilaku untuk mengatasi ketakutan mereka, yang pada akhirnya dapat membuat mereka lebih tangguh secara umum.

Meskipun orang – orang yang tidak menyukai horor mungkin tidak menganggap hal ini bermanfaat. Bagi mereka yang menyukai genre tersebut, menonton film horor dapat disamakan dengan terapi pemaparan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan apakah pendekatan ini efektif dan, jika demikian, dalam situasi apa. Supaya bisa digunakan oleh orang – orang yang membutuhkan penangan seperti demikian.

Baca Juga : Review Horror Film yang Diadaptasi dari Kisah Nyata