Remote-Shift – Tahun 2010 adalah dekade yang hebat bagi film fantasy. Mulai dari kisah Harry Potter yang meledak lua biasa, series Game of Thrones yang meluaskan imajinatif kita, hingga jutaan gamer menghabiskan waktu berjam-jam memainkan The Elder Scrolls V: Skyrim. Dapat dikatakan bahwa genre fantasi di era tersebut lebih besar dari sebelumnya, dengan banyaknya film yang dapat memuaskan penonton hingga satu dekade berikutnya.
Meskipun banyak film fantasi tertinggi di tahun tersebut, namun ada juga yang mendapat rating terendah menurut Rotten Tomatoes. Mengutip Wikipedia, Rotten Tomatoes merupakan sebuah situs web online yang memberikan informasi tentang film-film di seluruh dunia. Hingga kini, platform tersebut dikenal punya penilaian unik terhadap film-film yang tayang. Pengulas yang turut serta dalam penilaian di Rotten Tomatoes biasanya adalah para kritikus film dan penulis bersertifikat.
Deretan Film Fantasy Rating Terendah Menurut Rotten Tomatoes
Film fantasi dengan skor 60-100% disebut mendapatkan rating Fresh, yang menandakan film tersebut memiliki kualitas rata-rata sedang hingga bagus. Sedangkan untuk peringkat 0-59% disebut rating Rotten atau rendah, yang menandakan film tersebut tidak memiliki kualitas yang bagus. Yuk, langsung saja simak deretan film fantasy rating terendah menurut Rotten Tomatoes:
Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald (2017): 37%
Film ini mungkin merupakan Titin terendah bagi franchise Harry Potter secara keseluruhan. Fantastic Beasts kedua ini memiliki rating terendah di dunia Wizarding World. Apa yang terjadi? Menurut para kritikus, film tersebut memuat informasi besar yang menghabiskan banyak waktu untuk membangun plot. Karakter, dialog, alur tidak terdengar seperti kisah besar yang menghidupi film. Film ini awalnya bertujuan memberi informasi tentang sejarah keluarga penyihir, tetapi Fantastic Beasts tidak mampu mengemas film dalam sajian yang epik. Setidaknya, rating 37% menjadi bukti bagaimana kecewanya para penggemar Harry Potter terhadap film yang satu ini.
King Arthur: Legend of the Sword (2018): 30%
Sutradara awalnya ingin menunjukkan pandangan seorang Guy Richie tentang legenda King Arthur, film ini juga menjadi suguhan pertama dalam seriesnya. Akan tetapi, Legend of the Sword sama sekali tidak sampai ke penonton tentang maksud yang disampaikan. Upaya film tersebut untuk menanamkan estetika film dengan kisah pertarungan pedang di abad pertengahan membuat para kritikus bingung. Pada akhirnya, terlalu banyak teknik kembang api dan CGI membuat kritikus menganggap film ini sebagai kisah Arthurian yang gagal.
Warcraft (2016): 28%
Warcraft tayang pada tahun 2016, film ini diharapkan mampu menampilkan film adaptasi video game yang epik. Namun, hasil karya sutradara Duncan Jones ini justru menuai kekecewaan dari para kritikus dengan menyajikan alur yang terlalu biasa. Elemen plot yang kacau dan membosankan dianggap merusak daya tarik film tersebut, terutama bagi penonton di Amerika Utara. Meski mendapat rating yang rendah di Rotten Tomatoes, Warcraft tetap diterima dengan baik di pasar film Tiongkok yang mampu mendominasi box office.
Pan (2015): 27%
Sejak pertama kali trailernya dirilis, semua orang melihat Blackbeard yang diperankan Hugh Jackman yang menarik. Diceritakan dalam film, Pan sudah mati di dalam air. Namun, aktor besar nyatanya belum cukup memuaskan para kritikus, mereka menyoroti akting dan kualitas CGI yang hambar dan monoton. Rilis di tengah pembuatan live action animasi klasik Disney, Pan dipandang sebagai tantangan Warner Bros. Sayangnya, film tersebut gagal dan tidak ada harapan untuk melahirkan franchise yang baru.
Twilight Saga: Breaking Dawn Part 1 (2011): 25%
Seiring pergantian dekade, tak sedikit penonton dan kritikus yang mulai bosan dengan petualangan Edward dan Bella. Namun lain halnya dengan penggemar Twilight yang tidak pernah puas dan rela membayar lebih dari 700 ribu dollar untuk melihat part pertama dari series penutup kisah percintaan vampir dan manusia.
Breaking Dawn Part 1 meraih rating terendah dari semua Twilight series. Pada dasarnya film ini berpusat pada kisah bulan madu Edward dan Bella berdurasi 2 jam dengan rating tontonan mulai usia 13 tahun. Fakta bahwa dibutuhkan dua film untuk menutup waralaba ini rasanya tidak begitu penting.
Assassin’s Creed (2018): 18%
Film ini rilis ketika serial Assassin’s Creed melewati masa puncaknya. Film adaptasi yang dibintangi Michael Fassbender ini seperti sudah dibuat hancur sejak awal. Banyak penggemar sangat kecewa dengan eksekusi film ini.
Sajian sinematik tersebut seolah menukar elemen penting dari produk originalnya dengan tayangan yang disesuaikan dengan tontonan anak usia 13 tahun. Tidak hanya rilis saat kualitas game sedang menurun, tetapi juga kalah saing dengan film fantasy superhero lain yang langsung naik populer seperti Rogue One: A Star Wars Story.
Legends of Oz: Dorothy’s Return (2013): 16%
Film ini dianggap sebagai animasi buruk dari Wizard of Oz yang asli. Para kritikus menilai film ini mirip dengan Oz the Great and Powerful. Kritikus dengan cepat mengecam animasi film yang terlihat ala kadarnya dan storytelling yang malas. Namun yang paling disayangkan adalah bagaimana film tersebut dianggap merendahkan penton muda, dengan asumsi bahwa mereka terlalu naif untuk memahami dasar-dasar pembuatan film yang baik.
Robin Hood (2018): 15%
Film yang dibintangi Russell Crowe dan disutradi oleh Ridley Scott ini dianggap mengecewakan karena berlebihan dengan asli dan CGI. Kritikus semakin kesal dengan adegan yang memunculkan gambaran kerusuhan modern, yang disebut sebagai sarkasme dalam memberikan komentar sosial. Bahkan Mel Brooks pun tidak dapat menemukan cara untuk menyindir adegan kebakaran di tempat sampah. Karena hal itu, banyak orang menilai film ini memiliki sesuatu yang pantas untuk menerima rating yang rendah.
The Legend of Hercules (2014): 3%
Dari dua film Hercules yang rilis pada tahun 2014, film ini dicap yang terburuk. Sajian cerita awal yang membosankan, film ini dibawa ke titik terendah oleh nilai-nilai produksi yang mengerikan. Salah satu adegan yang mengecewakan adalah ketika seorang pria ditusuk dan aktor tersebut menggunakan trik lama dengan menyelipkan pisau penyangga di bawah lengan agar terlihat seperti tertabrak.
Banyak penonton menilai adegan ini terlalu klasik dan cacat. Rupanya ini tidak mengherankan, karena The Legend of Hercules dibuat dengan budget minimalis. Dengan Rating hanya 3%, film ini menempati urutan teratas daftar film terburuk tahun 2014.
The Nutcracker in 3D (2010): 0%
Bayangkan apa yang terlintas saat menonton film fantasy dengan rating 0%? Inilah yang banyak orang pikirkan saat membahas adaptasi karya klasik Tchaikovsky. Film ini dianggap keluar dari jalur adaptasi Nutcracker lainnya. Penonton seperti dibawa dalam penceritaan yang kelam dan suram.
Nutcracker in 3D dianggap tidak layak disebut sebuah film. Bahkan para kritikus menilai film ini merupakan penghinaan terhadap tontotan anak-anak yang justru menimbulkan trauma. Terlalu banyak adegan menakutkan yang tidak cocok menjadi sajian untuk anak-anak.
Baca Juga : Drama Film Korea dengan Tema Fantasi, Dijamin Seru!